Selain Unicode, Typeface "Sawitto" ini juga mengacu pada usulan Saudara Michael Everson (ISO/IEC JTC1/SC2/WG2 N2633R) yang telah sejak awal sangat peduli pada pengembangan dan pelestarian aksara lokal. Di dalam usulan tersebut muncul karakter atau simbol-simbol dan tanda baca baru mendampingi diacritic asli yang sudah ada sebelumnya. Namun hemat saya, yang paling signifikan pengaruhnya ada tiga karakter yaitu pertama tanda VIRAMA (penampakannya seperti 'dotaccent' di dalam latin), untuk mewakili bunyi "mati" yang dalam praktek juga bisa mengubah konsonan "KA" menjadi "K". Kedua tanda ANUSVARA (penampakan mirip 'breve' didalam latin namun memiliki sudut lancip ditengah) atau bunyi sengau (konsonan nasal) seperti pada "NGA" berubah menjadi "NG". dan Ketiga, GLOTAL (penampakan seperti "circumflex" pada latin) yang akan bekerja pada karakter yang berbunyi hamzah (arab), misalnya a menjadi a' dan KA menjadi k'. Ketiga karakter ini akan ditempatkan secara relatif pada sudut kanan atas pada setiap karakter yang diikutinya.
Di dalam typeface Sawitto, khusus tanda VIRAMA dilakukan modifikasi bentuk desain dari penampakan mirip dotaccent menjadi mirip tanda kutip tunggal dalam ukuran lebih kecil. Ini dilakukan karena akan menimbulkan ambiguitas dengan diacritic "i" pada saat penggabungan dalam kata. Sebagaimana diketahui, diacritic "i" akan ditempatkan di kiri atas pada karakter yang diikutinya. Ini akan menimbulkan kesalahbacaan ketika karakter yang mengandung "i" didahului virama (dengan bentuk titik juga) di dalam rangkaian kata.
Hal yang sama sekali baru di dalam "sawitto" adalah visualisasi ligatur khususnya pada banyak kata-kata bugis yang mengandung double consonant. Untuk efisiensi, daripada menuliskan "KA-KA" atau KK, "RA-RA" atau RR, "SA-SA" atau SS, "LA-LA" atau LL dsb, maka dipertimbangkan mengubahnya dalam satu simbol sederhana, dalam hal ini kebalikan diacritic "E" dan ditempatkan di bawah karakter yang diikutinya.
Dengan berbagai tambahan dan modifikasi di atas, Sawitto Campotype bahkan bisa digunakan untuk menulis kata-kata di dalam bahasa Indonesia sekalipun. Namun intinya adalah regenerasi pengguna bahasa bugis yang memerlukan ketersediaan alat seperti Sawitto untuk memudahkan pembacaan aksara bugis terutama kepada pengguna yang sama sekali baru atau tidak mengenal bahasa bugis sebelumnya.
aini adlhv bhs ainvdonesia, sEkrGv anvd dptv mEmvbcN dlmv akvsr aekvsotisv ainizSaat ini belum tersedia typeface untuk desktop (masih uji coba/ penyempurnaan). Untuk uji coba fontweb ini, silahkan download CSS FILE ini dan copy ke dalam halaman web anda.
bNkv dianvtr kit yGv sudhv lup atau sm sEkli tidkv thu deGnv akvsr bugisvz
mri kit sm-sm bEljrv dnv sliGv mEGisi pEGEthuanv, aunvtukv kEjyaxnv bGvs bugisvz
Z
Ini adalah bahasa Indonesia. Sekarang anda dapat membacanya dalam aksara eksotis ini.
Banyak diantara kita yang sudah lupa atau sama sekali tidak tahu dengan aksara bugis.
Mari kita sama-sama belajar dengan saling mengisi pengetahuan, untuk kejayaan bangsa Bugis.
Kemudian link ke stylesheet dengan menambahkan ke HTML anda (biasanya di atas head):
<link charset='utf-8' href='https://dl.dropboxusercontent.com/u/38264583/stylesheet.css' rel='stylesheet' type='text/css'/>
CSS FILE adalah @FONT-FACE yang dirender menggunakan WEBFONT GENERATOR
Tampaknya Font ini dibaca oleh masing-masing browser dengan cara sedikit berbeda. Paling rapi dan sesuai aslinya jika dibuka melalui Firefox dan Safari, namun kerningnya sedikit renggang dan "berubah" posisi jika dibuka oleh Google Chrome dan internet explorer.
SEKILAS CARA PENGETIKAN
Berikut contoh DOUBLE CONSONANT (ligature), VIRAMA, ANUSVARA dan GLOTAL:
mgElqo . msqEPjGv . | MagEllo. MassEmpajang.Bahasa bugis memiliki banyak kosa kata yang mengandung double konsonan. Kemungkinan besar ini adalah pengaruh bunyi "damma" di dalam bahasa Arab. Konsekwensinya, akan banyak ditemui pasangan huruf (ligature) berupa double consonant di dalam bahasa bugis. Penulisan ligature double konsonan di keyboard ditugaskan kepada tombol "q". Sehingga untuk mendapatkan ligature "LLA", ketik, "lq"; "MMA akan diketik "mq" dan seterusnya. Apabila ligature double konsonan ini berubah bunyi sebagai akibat dari tambahan diacritic, misalnya "LLI", "LLU", "LLE" dan "LLO" maka cara pengetikannya adalah dengan mendahulukan tombol "q" setelah huruf, kemudian tanda diacritic yang diinginkan. Sehingga di dalam contoh kata MagEllo dan MassEmpajang, ditulis "m-gE-lq-o" dan "m-sqE-P-j-Gv" (tanpa tanda hyphen atau garis datar)
Didalam sistem penulisan tradisional akan tertulis sebagai berikut:
mgElo . msEPjG . | MagElo. Masempajanga.
Konvensi: penulisan diacritic "e" yang posisi aslinya berada di depan huruf, di dalam typeface ini sistem penulisannya ditugaskan kepada feature ligature, sehingga pada penulisan "me" akan secara otomatis memindahkan diacritic "e" ke depan huruf yang mengikutinya. Kondisi ini berlaku secara default (apabila feature OpenType standard ligature diaktifkan) dengan pengecualian, apabila huruf yang mengandung bunyi "e" akan diikuti ligature double konsonan sebagaimana dijelaskan di atas, maka sebaiknya kembali ke cara pengetikan tradisional, yaitu mendahulukan diacritic "e", baru huruf, kemudian huruf apa saja yang mengandung double konsonan. Tujuannya untuk menghindari kesalahan mesin membaca kerning yang juga secara default telah disertakan di dalam typeface ini.
celqv pnvcev zTanda virama di keyboard ditugaskan kepada "v". Ditulis setelah huruf yang diikutinya. Sehingga untuk menuliskan kata Cella' Pance' di keyboard, ditulis "ce-lqv pnv-cev" (tanpa hyphen)
Sedangkan untuk mengakses Anusvara dan Glotal di keyboard, cukup ketik "f" dan "x"..... Sampel lagi?
tpikqirivki bwnqi spqo, nsbv poconv aiyv, mtEkqovnv mpqikqiriv z